Jadi malam ini saya tidak bisa tidur lagi, lalu saya menonton filem berpakem perang-perangan di netbook (menyedihkan ya) dan melanjutkan beberapa e-mail yang harus saya kirim segera. Kamar saya belum disapu dari kemarin, baju belum dicuci tapi oh, lihat saja besok semua ini bisa diatur lah. Kipas angin menyala, dengan setelan ukuran kekuatan angin di angka satu, dari skala tiga. Arah anginnya statis menghadap meja belajar, yang letaknya persis menghadap jendela kamar berteralis yang cukup lebar. Bukan dengan maksud mengeringkan buku yang ada di atasnya, ataupun mejanya, namun karena saya tidak begitu suka angin kipas yang langsung mengarah ke saya.
Saya juga baru nyemil mi instan berkuah, karena lapar. Saya makan di kamar, di atas meja belajar dengan gaya santun seperti presidennya bangsa Indonesia. Sesekali saya menengok dan mengintip ke luar rumah dari balik jendela, karena cukup tertarik dengan suara-suara yang tidak lazim. Atau mungkin terlalu sensitif, tertulis di buku-buku biologi bahwa indera manusia memang lebih "menyala" ketika terjaga di malam hari. Harapan saya sih semoga wilayah Paseban tetap aman siang malam dari segala mara bahaya dan penyakit.
Setidaknya besok harus lebih produktif dari hari ini. Bukan hanya makan dan jalan-jalan saja, namun juga memikirkan dan melakukan sesuatu untuk hidup saya yang lebih yahud kedepannya. Puncak malam ini akhirnya ditutup dengan alunan gitar klasik Jubing Kristianto yang memainkan lagu Billy Joel yang bertajuk She's Always A Woman sambil berharap besok tidak ada lagi hati wanita yang disakiti, biarpun disini wanita dituduh biang keladi derita. Semoga.