Fokus! Itu adalah kata yang sangat penting buatku sekarang ini, dan maunya semua orang bisa mingingatkanku buat tetap konsisten pada apa yang kukerjakan. Tak bisa dipungkiri, menjadi mahasiswa Hubungan Internasional (HI) di UGM saat ini memang terkesan agak santai dalam prosesnya, dan masih relatif dapat dipertahankan untuk diperjuangkan. Mungkin banyak pembelajar dari fakultas ataupun jurusan lain yang agak mengerutkan dahi dan alis ketika mendengar bentuk skripsi mahasiswa HI yang sekilas kelihatannya cuma sebuah studi pustaka atau review saja. Bahkan ditambah fakta bahwa hanya dengan minimal empat puluh lembar bagian pembahasan saja, seorang mahasiswa sudah dapat berdiri di depan dosen penguji skripsi.
Namun ternyata sangat mudah untuk membayangkan bahwa banyak sekali yang kebingungan akan mengangkat masalah seperti apa, seakan-akan dunia politik internasional masih adem-adem saja. Padahal sekarang ini konstelasi politik global sedang mengalami transisi yang demikian cepat hingga dengan tak sadar kita telah berubah pula karenanya. Fenomena globalisasi yang dibarengi gerakan resistensi telah memberi banyak isu untuk dibahas. Isu minyak di Amerika Latin, globalisasi Linux, bahkan fenomena blogging telah memberi jalan baru bagi para pencetus propaganda untuk menyebarluaskan opini.
Di lain sisi, sepertinya aku juga kebingungan. Hmm... mekanisme self-tailoring yang digagas oleh kurikulum HI UGM tahun 2000 juga kurang memberi panduan bagi mahasiswa untuk mengambil mata kuliah, di samping sifatnya yang memang membebaskan mahasiswa guna mengambil kuliah yang diminatinya saja. Sebagai gambaran, aku mengambil Minat Topik Ekonomi Internasional, serta Minat Kawasan Asia Timur (China, Jepang, dan Korea Selatan). Seperti kata Pak Yahya Muhaimin, mantan menteri pendidikan era Megawati sekaligus dosen HI, bisnis dan politik ternyata sangat berkaitan dalam dunia internasional. Maka akhirnya aku memutuskan untuk fokus di kedua minat tersebut. Tapi semuanya jadi agak aneh kalau tidak mengambil kuliah yang lain juga. Akhirnya beberapa mata kuliah Minat Pertahanan Kemanan Internasional juga kuambil, plus satu mata kuliah Amerika Serikat. Wah, lumayan juga menjalaninya, namun menggabungkan pengetahuan juga lumayan memeras otak. Terlebih tugas-tugas yang tak pernah berakhir selalu berganti tipe dan metode, semakin menambah semarak bintang-bintang yang berputar di sekitar kepala.
Sekali lagi aku ingin tetap fokus, konsentrasi di sentral belajar yang aku susun. Eh, malah banyak sekali hal lain di luar itu yang menarik perhatianku. Sebagai mahasiswa yang sangat berminat dengan segala kegiatan jurusan, aku dan teman-temanku juga banyak mendapatkan ilmu dari luar kelas. Sudah tak terhitung dari mana saja aku menemukan minat di luar fokus. Akhirnya, aku juga sudah mulai menemukan ide untuk skripsi nanti, dan untungnya aku masih tetap setia dengan Asia Timur. Aku memang suka sekali kebudayaan oriental, terlebih lagi gaya politiknya sangat akulturistik, beda dengan daerah lain di muka bumi ini. Mungkin, nanti aku nulis tentang strategi sekuritisasi ekonomi Jepang pasca renggangnya hubungan Japan Incorporated jamannya PM Satou Eisaku (duh, kenapa aku maniak sekali dengan Japan Incorporated ini ^.^), atau bisa juga pengaruh perkembangan reformasi chaebol terhadap naiknya Kim Dae Jung sebagai presiden. Yah pokoknya temanya itu dulu, judul pastinya nanti dipikirkan habis bertapa, hahahah... (nggak gue banget itu). Huh, jadi teringat betapa aku akan lulus dalam waktu yang agak lama, mengingat kuliahku santai sekali, tiap semester mengambil paling banyak 22 SKS. Memang hal itu tujuannya untuk bisa lebih fokus belajar serta mendongkrak nilai yang lebih optimal. Meskipun bisa dikata IPK-ku memenuhi syarat untuk mengisi 24 SKS penuh di KRS-ku.
Menilik dari hasil belajar sebelumnya, sepertinya lebih fokus menjadi suatu keharusan. Terlebih lagi ada keinginan untuk mencapai sesuatu, kesempatan terakhirku untuk mencapai hal “itu” lagi. Masih mau lagi. Kemenangan mutlak harus ditargetkan untuk maksimalisasi hasil, baik akademik maupun non-akademik. Tapi susah sekali memfokuskan diri itu. Meskipun sudah menetapkan diri dengan melaksanakan study oriented, masih ada saja yang menggangu pikiran di tempat lain... Hmmm hhehehehe... disiplin itu susah. Apalagi aku hidup ditengah orang-orang santai sehari-harinya. Huh.
Hitorikiri dakedo, boku wa chigatte naraba, kurayami de ano shin chikara wa boku ga tasukete yo.
No comments:
Post a Comment