Thursday, October 04, 2007

Reciprocated Unilateral Measures, Strategi Jitu Pilihan Sendiri



Dalam menganalisa situasi keamanan internasional, seringkali dibutuhkan prediksi lebih lanjut untuk menelusuri perkembangan konflik yang mungkin terjadi, khususnya pada isu pengandalian senjata (arms control). Salah satu metode yang cukup relevan adalah dengan diadakannya pertemuan di antara pihak yang bertikai untuk kemudian menghasilkan kesepakatan internasional serta membentuk rezim keamanan.

Namun seringkali banyak konflik yang memasuki tahap deadlock alias kebuntuan yang disebabkan oleh benturan kepentingan sehingga kerja sama tidak dapat terjadi. Belum lagi masing-masing pihak tidak memiliki niat secara transparan untuk memaparkan peta kekuatan fisiknya masing-masing, sehingga kecurigaan di antara pihak yang bertikai semakin meningkat. Untuk itu, salah satu model alternatif yang mungkin digunakan ialah Reciprocated Unilateral Measures (RUMs). Model ini digunakan sebagai srategi di mana masing-masing pihak yang bertikai melancarkan tindakan sepihak untuk mempelajari reaksi lawannya, namun tidak secara serta-merta berniat memancing ketegangan. Insentifnya dapat berupa eskalasi ataupun penurunan ketegangan konflik. Strategi ini hangat-hangatnya digunakan saat Perang Dingin justru di mana peperangan fisik sangat jarang terjadi.

Tujuan RUMs ini adalah :
1. Mengurangi ketegangan dan memulai proses tawar-menawar yang lebih kooperatif dengan pihak lawan.
2. Memancing tindakan balasan/serupa dari pihak lawan
3. Mengurangi aktivitas kemiliteran di antara aktor yang bertikai tanpa bermaksud melonggarkan pengawasan satu sama lain.

Intinya strategi pengondisian RUMs ini diharapkan dapat mengurangi tingkat konflik yang sedang dihadapi, tanpa harus melalui sebuah persetujuan dengan lawan serta dapat dengan fleksibel mengaplikasikan instrumen tindakan yang lebih subjektif. Lawan diharapkan juga mengikuti tindakan yang diambil, terutama dalam usaha pengurangan tingkat ketegangan konflik. Hasilnya bisa sukses bisa juga gagal.

Untuk memperjelas aplikasi strategi ini, kasus Strategic Arms Reduction Talks Treaty (START II) yang sempat buntu menjadi relevan. Salah satu peristiwa setelah penandatanganan traktat START II, Amerika Serikat (AS) mengumumkan secara sepihak bahwa telah ada perlucutan sekitar 200 hulu ledak peluru kendalinya. AS tentu saja berharap agar Rusia juga melakukan hal serupa dengan melakukan deaktivasi rudalnya juga, walaupun mungkin AS memiliki kesempatan untuk melakukan defect atau bahkan bisa jadi harapan AS tidak tercapai jika Rusia masih bersikukuh untuk defect.

Selain itu ada 2 strategi yang mungkin untuk mencapai situasi di mana keadaan RUMs diharapkan terjadi. Strategi tersebut adalah :

1. Graduated Reciprocation in Tension Reduction (GRIT)
Suatu pihak membuat paket tindakan sepihak yang disertai dengan penambahan mekanisme akomodasi secara berkala/bertahap. Jadi diharapkan pihak rival mau melakukan apa yang kita inginkan, sambil kita berikan insentif/imbalan agar rival pelan-pelan mau mengikuti tindakan kita. Lawan juga kita harapkan agar turut bersikap lebih percaya pada kita di tengah ketidakpastian. Begitu seterusnya hingga seluruh paket kebijakan terlaksana, tak peduli apakah lawan mengikuti pola sesuai ekspektasi kita atau tidak.

2. Tit for Tat (TFT)
Diinisiasi dengan langkah suatu aktor yang sepihak, di mana tindakan tersebut sangat mencerminkan adanya fluktuasi resiprositas yang lebih kentara. Jika ada suatu pihak yang melakukan tindakan yang memancing konflik, maka rivalnya akan membalasnya dengan tindakan serupa. Sebaliknya, jika sebuah pihak menunjukkan itikad baik dalam penurunan ketegangan, lawannya akan mengikutinya juga. TFT juga merupakan model yang sangat dinamis, karena reaksi retaliasi lebih cepat muncul begitu ada tindakan pemicu.


3. Conditional Reciprocity (CR)
Strategi ini lebih menitikberatkan pada proses tawar-menawar di saat proses resiprositas berlangsung. Pihak yang berinisiatif terlebih dahulu juga mengharapkan resiprositas, namun bentuk resiprositas tersebut justru ditentukan dari pihak inisiator. Inisiator juga membuat inisiatif berdasarkan harapan mereka akan tindakan rivalnya. Jadi, inisiator memikirkan skenario apa yang akan membuat lawan melakukan hal yang setidaknya serupa, bahkan jika bisa, agar mengimplementasikan bentuk resiprositas yang diharapkan. Sukses atau tidaknya resiprositas tergantung dari proses tawar-menawar tersebut. Represi dapat juga terjadi dalam CR ini agar penyelesaian cepat dicapai.

kuliah yang keren meskipun bukan minatku... lumayan juga. Aku nggak tau terjemahan ini bener apa nggak ya hehe jd jgn mpe sesat pikir (-_-;)
ada gunanya. strategi memang diperlukan, terutama buat mengamankan isi kocek.boleh tuh dipake, yg GRIT buat diaplikasikan ama mami papi huhehehe.... aduh gak punya sense kemamanan nih..
:P

No comments: