China merupakan salah satu negara yang paling besar di dunia. Kebudayaannya telah menjadi inti dari kebudayaan di Asia Timur pada umumnya. Sejak ribuan tahun sebelum masehi, China sudah membangun banyak sistem kehidupan manusia – termasuk hubungan antarnegara - dan melahirkan prinsip-prinsip pemikiran ketimuran yang tetap lestari sampai saat ini, bahkan tetap mengakar kuat di dalam budaya China modern sekalipun. Kebudayaan China bahkan telah melahirkan “Lingkaran Kebudayaan Han” di Asia Timur, yaitu budaya yang menginspirasi rakyat China, Jepang, dan Korea yang sepintas terlihat mirip.
Bangsa China, atau yang juga disebut Tionghoa, juga dikenal mahir berdagang. Hal inilah yang menjadikan ekonomi China maju pesat pada saat ini maupun pada masa lampau.
China juga telah memiliki mekanisme hubungan antar negara yang baik sejak dulu. Kekaisaran China bahkan sempat menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa melalui Jalur Sutera (Silk Road) yang menghubungkan Eropa dan Asia lewat darat. Selain itu, China juga menjalin hubungan perdagangan dan kenegaraan dengan berbagai kawasan di dunia, termasuk Asia Tenggara yang memiliki letak geografis yang strategis bagi perdagangan.
China kuno juga telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi sistem ekonomi, politik, serta sosial budayanya, sehingga dapat dikatakan China telah memiliki ciri khas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya. Beberapa dasar yang khas tersebut terdapat dalam berbagai bidang, antara lain :
Filsafat Pemikiran
Terdapat banyak filsuf dan aliran kepercayaan China kuno yang benar-benar asli muncul dari rakyat China. Contohnya aliran Konfusionisme yang banyak dianut oleh masyarakat China kontemporer,dipelopori oleh Kong Fu Tse. Masih banyak pula aliran kepercayaan lain seperti Taoisme dan Zen. Kesemuanya itu mengambil Ren (cinta manusia) sebagai inti ajarannya.
Perkembangan Peradaban dan Perdagangan
Catatan sejarah China yang lebih dari 5000 tahun secara tidak langsung telah mengukuhkan bangsa China sebagai salah satu bangsa yang paling beradab. Penemuan teknik pertanian, penemuan huruf hanzi (kanji), pembuatan kompas, mesiu, dan alat-alat percetakan juga pertama kali dilakukan oleh warga Tionghoa yang mayoritas suku Han ini.
Selain itu, kekaisaran Tionghoa kuno telah mampu menjalin hubungan perdagangan yang cukup intensif dengan Eropa, Asia Tenggara,dan lain-lain, sekaligus meletakkan dasar-dasar pelayaran dan diplomasi kuno ala Asia.
Pemerintahan dan Politik
Berdasarkan aliran kepercayaan dan budaya orang China yang sopan santun dan saling mengasihi, maka kebijakan pemerintahan China juga berintikan kesejahteraan sosial. Walaupun pada masa kedinastian Han, masalah pemerintahan masih sangat ketat, namun rakyatnya makmur sejahtera. Setelah pengaruh barat mulai masuk dan mempengaruhi cara berpikir orang China, demokrasi pun mulai dianggap sebagai sistem yang relevan untuk pemerintahan. Namun, saat ini China modern lebih mengedepankan sosialisme bagi seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang dipimpin oleh Partai Komunis China.
Setelah mengalami evolusi dan modernisasi kebudayaan serta reformasi dan keterbukaan, Republik Rakyat China lambat laun menjadi sebuat kekuatan yang dominan di dunia internasional dalam beberapa bidang. Secara ekonomi, volume perdagangan China yang tumbuh setiap periodenya telah membantu Gross Domestic Product (GDP) meningkat dengan cepat. Salah satu sumbangan besarnya adalah melalui kerjasama dengan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) sebagai mitra dagang yang baik.
Beberapa bentuk kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara antara lain :
Sejak masa Kedinastian, telah banyak perwakilan dari China dan negara-negara Asia yang saling mengunjungi,seperti Zheng Ho yang datang ke Indonesia. Ia lalu membagi pengetahuan teknologinya pada penduduk setempat.
Perjuangan bersama melawan negara kolonialis yang menjajah kawasan Asia, baik China maupun negara di Asia Tenggara.
Saat ini, China telah menjadi mitra dagang dan mitra dialog yang baik bagi ASEAN, dan bahkan melaksanakan program China ASEAN Free Trade Area (CAFTA),juga TAC, DOC, EPG,dan lain lain.
China juga tergabung dalam penanganan masalah bersama di Asia Tenggara dalam KTT China-ASEAN, khususnya konflik perdagangan dan masalah moneter lainnya.
China telah menjadi salah negara pemberi bantuan keuangan dan material terbanyak di kawasan Asia Tenggara dan sekaligus berpartisipasi dalam penanganan lapangan bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Asia Tenggara.
Namun hubungan China-Asia Tenggara kadangkala mengalami pasang surut dan beberapa ketegangan internasional. Salah satunya disebabkan oleh campur tangan pihak lain di luar konflik internal yang dihadapi. Beberapa contoh yang mewakili hal ini adalah :
Hubungan Indonesia dan China yang terganggu akibat campur tangan pihak asing pada sekitar tahun 1960. Indochina juga merasakan dampak dari hal tersebut.
Sebelum pertengahan 1990-an,China – ASEAN berkembang sangat lamban, karena kekurangan rasa saling percaya dan berselisih paham.
Namun hal tersebut dapat segera diatasi dengan pemulihan hubungan diplomatik China dengan beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia, Singapura, dan juga Vietnam. Dan akhirnya hubungan ekonomi dan perdagangan China – ASEAN kembali berjalan normal, ditandai dengan semakin banyaknya penanaman modal dan pinjaman kredit lunak yang diberikan China ke negara – negara ASEAN. China mengklaim pemberian 1/3 dari total USD 10 milyar kredit lunak bagi negara-negara ASEAN.
China telah berkembang secara definitif, mulai dari awal terbentuknya kebudayaan di sana sejak 7000 tahun yang lalu hingga masa modernisasi dan globalisasi saat ini. Salah satu hal yang menjadi ciri khas dalam kehidupan rakyat China adalah perdagangannya yang sangat dinamis.
Namun di balik segala kemajuan tersebut ternyata China belum dapat berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pendapatan perkapitanya belum dapat dikategorikan dalam standar negara maju. Dalam kenyataannya, China masih memiliki masalah internal yang pelik seperti kemiskinan, masalah lingkungan, dan isu kependudukan.
Pemerintah China sendiri yang saat ini didominasi oleh Partai Komunis China, belum dapat menyelesaikan problematika tersebut, dan malah menindaklanjuti beberapa kebijakan lain di bidang pertahanan dan militer, seperti Kebijakan Satu China, serta penambahan anggaran militer yang tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dalam hal ini banyak ditekankan bagaimana China sangat penting untuk dijadikan mitra kerja sama yang baik. Terlihat dari banyaknya kerja sama ekonomi yang digalakkan China di Asia Tenggara untuk mendapat keuntungan sebanyak mungkin. Namun, kemungkinan lain yang dapat timbul adalah semakin tingginya tingkat ketergantungan negara-negara Asia Tenggara nantinya pada sistem ekonomi yang sudah diimplementasikan China saat ini. Tentunya posisi tawar-menawar China jauh lebih kuat untuk menarik negara berkembang yang lain untuk masuk ke dalam mekanisme perdagangan China.
Namun semua itu tak lepas dari ambisi politik China di bawah pemerintahan Hu Jintao yang ingin menguasai semua sektor kehidupan dan tidak ingin negara lain mengintervensi urusan dalam negerinya. Tetapi China sendiri sangat intens untuk dilibatkan dalam segala urusan antarnegara yang terjadi di dunia internasional, sehubungan dengan masuknya China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Sebagai sesama negara berkembang, hendaknya negara Asia Tenggara tidak terlalu banyak bergantung pada negara lain, agar nantinya dapat bersaing di dunia internasional. Sebab, bagaimanapun, China cenderung mulai meninggalkan kebijakan lamanya yang sosialis menuju kekebijakan ekonomi yang lebih kapitalis dari sebelumnya. Revolusi dan reformasi keterbukaan di China sesungguhnya telah membuka ketertutupan China dalam pergaulan internasional, hingga China tak bisa lagi memaksakan ciri khas pemerintahannya secara mutlak lagi.
Di lain sisi,negara-negara ASEAN juga tak perlu terlalu antipati terhadap niat kerja sama China ,karena banyak pula manfaat yang dapat diambil untuk kesejahteraan dalam negeri, seperti pemberian hibah, beasiswa, dan alih teknologi yang harusnya dapat lebih memperkaya taraf hidup negara-negara berkembang di Asia Tenggara.
Dialog-dialog harus terus dilaksanakan demi terjaminnya hubungan baik kedua kawasan di masa yang akan datang, baik di bidang politik, sosial budaya, dan ekonomi. Namun yang perlu diperhatikan adalah masing-masing negara harus mampu mempertahankan kepentingan nasional dan rasa saling menghormati agar hubungan diplomatik yang baik dapat terus terbangun.